KISAH PERISTIWA HIJRAH RASULULLAH SAW KE MADINAH

MAAL HIJRAH

Masih belum terlambat untuk mengucapkan Salam Maal Hijrah buat seluruh muslimin yang membaca dan mengikuti rapat isu-isu yang dibincangkan dalam laman web SedekahMuslim ini. Pada perbincangan yang lepas iaitu mengenai ada apa dalam bulam Muharram. Namun pada kali ini, tertanya-tanya adakah kita mengetahui kenapa kita mengucapkan Maal Hijrah setiap kali memasuki dalam bulan Muharram. Tahukah anda bahawa terdapat satu peristiwa besar iaitu peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Kota Mekah ke Kota Madinah. Oleh itu, artikel ini akan membincangkan peristiwa tersebut.

KISAH LENGKAP PERISTIWA HIJRAH RASULULLAH SAW KE MADINAH

Dalam Islam, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah menjadi peristiwa penting titik awal perkembangan dakwah ajaran agama Islam. Dimana saat ini Nabi Muhammad SAW mengalami kesulitan dengan adanya perlawanan dan penolakan dari kaum kafir Quraisy.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah menggambarkan perjuangan beliau dalam mendakwahkan agama Islam. Yang mana pada saat itu penduduk Mekkah banyak melakukan kemusyrikan menolak ajaran Nabi Muhammad SAW. Bahkan kaum musyrikin merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

TURUNNYA WAHYU PERINTAH ALLAH UNTUK HIJRAH

Pada tahun 622 M, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah Subhanahu wat’ala melalui malaikat Jibril, yang isinya pemberitahuan tentang persekongkolan kaum musyrikin dan izin dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau hijrah ke Yathrib atau Madinah.

Di siang terik matahari, Nabi SAW kemudian pergi ke kediaman Abu Bakar untuk bersama-sama menyepakati tahapan hijrah. Setelah berdiskusi dengan Abu Bakar, maka Nabi Muhammad SAW kembali ke rumah beliau, menunggu datangnya malam untuk memulai hijrah.


Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah menggambarkan perjuangan beliau dalam mendakwahkan agama Islam. Yang mana pada saat itu penduduk Mekkah banyak melakukan kemusyrikan menolak ajaran Nabi Muhammad SAW. Bahkan kaum musyrikin merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

PENGEPUNGAN RUMAH RASULULLAH SAW

Kaum musyrikin menggunakan waktu siang hari untuk memantapkan rencana keji mereka untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Untuk melancarkan aksi tersebut, dipilihlah sebelas orang dari kalangan mereka,             iaitu :

  1. Abu Jahal bin Hisyam
  2. Al-Hakam bin Abul Ash
  3. Uqbah bin Abul Ash
  4. An-Nadhr bin Al-Harits
  5. Umayah bin Khalaf
  6. Zam’ah bin Al-Aswad
  7. Thu’aimah bin Adi
  8. Abu Lahab
  9. Ubay bin Khalaf
  10. Nabih bin Al-Hajjaj
  11. Munabbih bin Al-Hajjaj

Ketika malam tiba, mereka berkumpul di depan pintu rumah Rasulullah SAW dan mengintai kapan beliau bangun, sehingga dapat menyergapnya. Kebiasaan yang Nabi SAW lakukan adalah tidur pada awal malam dan keluar menuju Masjid Haram setelah pertengahan atau dua pertiganya untuk shalat disana.

Saat itu kafir Quraisy benar-benar yakin rencana kejinya akan membuahkan hasil. Hal ini membuat Abu Jahal berdiri tegak penuh kesombongan dan keangkuhan. Waktu eksekusi yang mereka rencanakan adalah setelah lewat tengah malam saat Nabi SAW keluar dari rumah untuk shalat di Masjid Haram. Mereka melwati malam dengan berjaga-jaga sembari menunggu tengah malam tiba.

Namun, Allah Maka Kuasa atas segalanya, Allah Maha Melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi selain-Nya. Allah menepati janji yang telah di firmankan-Nya kepada Rasulullah SAW setelah itu dalam surah al-Anfal ayat ke-30:

 وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ

Maksudnya: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”

RASULULLAH SAW MENINGGALKAN RUMAHNYA

Sekalipun persiapan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy mengepung rumah Rasulullah SAW dengan sangat ketat, mereka tetap mengalami kegagalan yang memalukan. Pada malam itu, Rasulullah SAW berkata kepada Ali bin Abu Thalib, “Tidurlah di tempat tidurku, berselimutlah dengan burdah hijau yang berasal dari Hadramaut milikku ini. Gunakanlah untuk tidurmu, sebab tidak akan ada sesuatu pun yang engkau benci dari mereka yang mampu menjangkaumu.”

Sementara Rasulullah SAW telah berhasil keluar dan menembus barisan penjagaan orang-orang Quraisy. Beliau memungut setumpuk tanah dari Al-Bathha’, lalu menaburkannya ke arah kepala mereka. Ketika itu, Allah telah mencabut pandangan mereka dari melihat beliau, sehingga tidak dapat melihat beliau keluar dari rumah. Sedangkan beliau membaca firman-Nya dalam surah Yasin ayat ke-9:

 وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Maksudnya: “Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”

Kemudian Rasulullah SAW berjalan menuju kediaman Abu Bakar, kemudian keduanya keluar melalui pintu kecil (celah kecil) di bagian belakang rumah Abu Bakar dan menuju ke Gua Tsur (ke arah Yaman).

Saat itu orang-orang Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah SAW tetap menunggu hingga waktu yang tepat dan menjelang tiba waktu terseut, tanda-tanda kegagalan sudah nampak bagi mereka. Seorang laki-laki yang tidak ikut dalam pengepungan tersebut datang dan melihat mereka sedang berada di pintu rumah Nabi SAW. Orang tersebut kemudian menanyai mereka, “Apa gerangan yang kalian tunggu?” Mereka menjawab, “Muhammad.”

Dia berkata, “Sungguh telah sia-sia dan merugilah kalian. Demi Allah, dia (muhammad) telah melewati kalian dan menaburkan tanah ke atas kepala kalian, lalu pergi.” Mereka berkata, “Demi Allah, kami tidak melihatnya!” Mereka bangkit sambil mengusap tanahyang menempel di kepala mereka.

Untuk meyakinkan, mereka mengintip dari arah pintu dan melihat sosok yang mereka sangka Muhammad SAW.  Mereka pun masih tetap menunggu hingga pagi menjelang. Ali bangun dari tempat tidur. Melihat hal ini, mereka menjadi linglung lalu menanyai Ali perihal Muhammad SAW. Dia menjawab, “Aku tidak mengetahui tentangnya.”

PERJALANAN RASULULLAH SAW MENUJU GUA TSUR

Rasulullah SAW meninggalkan rumah beliau pada malam tanggal 27 Shafar tahun 14 kenabian, bertepatan 12 atau 13 September 622 Masehi. Ditengah kepungan orang-orang Quraisy, Rasulullah SAW berhasil keluar menuju rumah Abu Bakar, lantas bersama-sama keluar dari Mekkah secepatnya sebelum fajar terbit. Rasulullah SAW telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy akan berupaya keras untuk mencarinya dan jalan yang pertama kali akan disisir oleh mereka adalah jalan utama kota Madinah yang menuju ke arah utara.

Oleh karena itu, beliau memilih jalan yang berlawanan arah yaitu jalan yang terletak di selatan Mekkah, yang menuju arah Yaman. Beliau menempuh jalan ini sepanjang 5 mil, hingga akhirnya sampai ke sebuah bukit yang dikenal dengan bukit Tsur atau Jabal Tsur, bukit yang tinggi dan jalannya terjal. Untuk mencapai gua jalan sulit didaki, dan banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah SAW lecet.

SAAT BERDUA DI DALAM GUA

Ketika tiba di mulut Gua Tsur, Abu Bakar berkata,”Demi Allah, jangan engkau masuk dulu sebelum aku masuk. Jika ada sesuatu di dalamnya, biarlah aku yang mengalaminya saja.” Kemudian Abu Bakar masuk melihat kondisi gua, lalu membersihkannya. Dia menemukan disampingnya ada beberapa lubang, lantas menyobek kainnya dan menyumbat lubang tersebut. Setelah dinilai aman, Abu Bakar kemudian berkata kepada Rasulullah SAW “Masuklah.”

Rasulullah SAW pun masuk dan merebahkan kepalanya dipangkuan Abu Bakar lalu tertidur, sementara kaki Abu Bakar disengat binatang berbisa dari lubang yang dia tutupi dengan kain. Namun, dia tidak bergerak sedikitpun menahan rasa sakit yang luar biasa karena khawatir membangunkan Rasulullah SAW. Kondisi ini membuat air matanya menetes membasahi wajah Rasulullah SAW. Beliau berkata, “Ada apa denganmu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, aku telah disengat.” Lantas Rasulullah SAW meludah kecil ke bekas sengatan tersebut, sehingga rasa sakit yang dialami Abu Bakar hilang sama sekali.

TINGGAL DI DALAM GUA TSUR SELAMA TIGA MALAM

Nabi SAW dan Abu Bakar tinggal di dalam gua Tsur selama tiga malam, dari malam Jumat, Sabtu, hingga malam Ahad. Selama tinggal di gua Tsur, Abdullah putra Abu Bakar membantu perjalanan hijrah keduanya dengan memberikan informasi berita tentang orang-orang Quraisy. Sedangkan Amir bin Fuhairah, bekas budak Abu Bakar, memberikan minuman dari perahan susu kambing yang ia gembalakan.

Ketika Abdullah bin Abu Bakar pulang ke Mekkah, Amir bin Fuhairah menggiring kambingnya untuk mengikuti jejaknya guna menghapusnya, sehingga yang nampak adalah bekas jejak dia dan kambing yang digembalakannya.

Sementara itu, kaum Quraisy semakin menjadi-jadi kegilaannya manakala mengetahui Rasulullah SAW lolos dari rencana keji yang telah mereka siapkan. Kala itu yang mereka lakukan adalah memukuli Ali dan menyeretnya ke Ka’bah dan mengurungnya sesaat sebagai upaya untuk mendapatkan informasi tentang Rasulullah SAW. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

UPAYA PENGEJARAN KAUM QURAISY TERHADAP RASULULLAH SAW

Orang-orang Quraisy memutuskan untuk melakukan upaya pengejaran untuk menangkap Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Mereka jadikan semua jalur menuju Mekkah dari semua penjuru di bawah pengawasan yang sangat ketat. Selain itu, mereka juga memberikan hadiah sebesar 100 ekor unta bagi siapa yang dapat membawa Rasulullah SAW dan Abu Bakar ke hadapan orang-orang Quraisy baik dalam keadaan hidup atau mati.

Saat itu para pasukan berkuda, pejalan kaki, dan pelacak jejak sama-sama berupaya keras melakukan pencarian hingga ke lereng-lereng perbukitan, lembah, dataran rendah dan tinggi, namun tanpa hasil. Hingga para pelacak tersebut telah sampai pula ke mulut gua Tsur, akan tetapi Allah Maha Menguasai urusan-Nya.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar, dia berkata “Aku berada di sisi Nabi SAW di gua, lalu aku mengangkat kepalaku. Ternyata, disitu ada kaki-kaki mereka. Lantas aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Andaikata sebagian mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita.’ Beliau berkata, ‘Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita berdua tapi yang ketiga adalah Allah”. Di dalam riwayat lain disebutkan, “Apa pendapatmu, bila ada dua orang sedangkan yang ketiganya adalah Allah?’”

Kejadian tersebut merupakan mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah terhadap Nabi SAW, sehingga keberadaan beliau tidak diketahui oleh para kafir Quraisy.

PERJALANAN HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH

Ketika situasi dinilai sudah mulai aman dari upaya pengejaran orang-orang Quraisy, Rasulullah SAW dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah. Ketika malam senin, awal Rabi’ul Awwal 1 H atau bertepatan dengan 16 September 622 Masehi keduanya berangkat dengan perbekalan dan unta yang telah disiapkan oleh Amir bin Fuhairah, yang juga ikut dalam perjalanan hijrah ke Madinah dengan menempuh jalur pesisir pantai.

SINGGAH DI QUBA

Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, pada hari Senin, 8 Rabi’ul Awwal tahun 14 dari kenabian, yaitu tahun pertama dari hijrah, bertepatan 23 September 622 Masehi, Rasulullah SAW singgah di Quba Kala itu, kaum Muslimin di Madinah mengetahui keluarnya Rasulullah SAW dari Mekkah. Sehingga mereka antusias menyambut kedatangan beliau dan menemui Rasulullah SAW di tapal perbatasan. Kaum Muslimin memekikkan takbir sebagai ungkapan kegembiraan mereka atas kedatangan Rasulullah SAW. Mereka menyambut Rasulullah SAW dengan salam kenabian, mengerumuni beliau sembari berkeliling di seputarnya sementara Rasulullah SAW telah merasa tenang.

Di Quba, Rasulullah SAW singgah di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Sementara itu, Ali bin Au Thalib menyusul hijrah dari Mekkah dan berjumpa dengan Rasulullah SAW di Quba dan singgah juga di kediaman Kultsum bin Al-Hadm. Rasulullah SAW tinggal di Quba selama empat hari. Dan selama itu pula beliau membangun Masjid Quba dan shalat di dalamnya. Masjid Quba inilah masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah SAW atas dasar takwa setelah kenabian.

RASULULLAH SAW MEMASUKI KOTA MADINAH

Usai solat Jumat, 13 Rabiul Awwal 1 H atau bertepatan 27 September 622 Masehi, Rasulullah SAW memasuki kota Madinah, dan sejak itu kota Yatsrib berganti nama menjadi Madinah. Hari itu merupakan har bersejarah. Penduduk kota Madinah bergemuruh dengan pekikan tahmid (pujian) dan taqdis (penyucian) menyambut kedatangan Rasulullah SAW.

Di Madinah, Nabi SAW membentuk masyarakat orang-orang yang percaya dan membentuk aliansi politik dan sosial dengan suku-suku setempat. Salah satunya mempersatukan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Hal ini memungkinkan beliau untuk menyebarkan Islam dan membangun fondasi kuat untuk agama.

PENUTUP

Mendapat perlawanan dari orang-orang kafir Quraisy di Mekkah, menyebabkan Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah), namun keputusan ini juga dilandasi dari wahyu Allah. Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah juga menandai awal kegiatan politik dan militer Nabi SAW, yang akhirnya mengarah pada penaklukan Mekkah dan penyebaran Islam di seluruh Jazirah Arab. Disisi lain, atas usul Umar bin Khatab untuk mengabadikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, maka tercetuslah penanggalan kalender Hijriyah sebagai penanggalan dalam Islam.

Wallahu a’lam.

Sudahkah anda bersedekah hari ini? Jika belum, mari tekan butang “Bantu Mereka” dibawah dan salurkan sumbangan. Sesungguhnya tangan yang memberi itu lebih baik daripada tangan menerima. Terima kasih.

Sudahkah Anda Menjadi Tangan Yang Memberi?

Jika belum jom sama-sama dengan Perkim Datuk Keramat membantu mereka yang dalam kesusahan seperti ibu tunggal, mereka yang menghidap penyakit kronik dan pelbagai lagi. Sesungguhnya sedikit sumbangan anda, memberi 1000 kemanisan untuk mereka

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top